Rabu, 19 November 2014

Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Koran Haluan Riau Edisi Kamis 30 Oktober 2014

Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis dalam Koran Haluan Riau Edisi Kamis 30 Oktober 2014
Nama : Haryanti
NPM : 126211060
Kela  : VA
Sintaksis adalah cabang linguistik tentang susunan kalimat dan bagian-bagiannya; ilmu tata kalimat (Tim Penyusun Kamus, 1996:946). Ramlan (1987:21) mendefinisikan sintaksis sebagai bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase; berbeda dengan morfologi yang membicarakan seluk-beluk kata dan morfem.

1.      Kesalahan dalam Bidang Frasa
a.      Adanya pengaruh bahasa daerah
Halaman : 4
Bentuk tidak baku :
Pemerintah akan dicap anti-nasionalis, non-liberal serta tidak berpihak kepada kepentingan wong cilik, meskipun sejujurnya, hasil kajian Bank Dunia dan SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) yang menyebutkan penerima subsidi BBM justru mayoritas golongan masyarakat kelas menengah ke atas, juga perlu menjadi perhatian”.
Unsur-unsur yang dicetak miring pada kalimat diatas merupakan pemakaian frasa yang salah. Kesalahan itu disebaban oleh adanya pengaruh dari bahasa daerah, yakni bahasa Jawa. Sebaiknya frasa diatas diganti dengan rakyat kecil.
Bentuk baku :
Pemerintah akan dicap anti-nasionalis, non-liberal serta tidak berpihak kepada kepentingan rakyat kecil, meskipun sejujurnya, hasil kajian Bank Dunia dan SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) yang menyebutkan penerima subsidi BBM justru mayoritas golongan masyarakat kelas menengah ke atas, juga perlu menjadi perhatian”.

b.      Susunan kata yang tidak tepat
Halaman : 7
     
Bentuk tidak baku :
Itu yang kita mau cek, nanti kita rapatkan terlebih dulu,” ujarnya.
Susunan kata yang dicetak miring pada kalimat diatas tidak sesuai kaidah bahasa Indonesia. Seharusnya kata “Mau” itu terletak sesudah kata “Kita”. Apabila susunan kalimatnya seperti itu, maka akan menimbulkan kerancuan pada kalimat tersebut.
Bentuk baku :
Itu yang mau kita cek, nanti kita rapatkan terlebih dulu,” ujarnya.

c.       Penggunaan unsur yang berlebihan atau mubazir
d.      Penggunaan bentuk superlatif yang berlebihan
e.       Penjamakan ganda
f.       Penggunaan bentuk resiprokal yang salah
Halaman : 18
Bentuk tidak baku :
“Kita sudah didukung Pemprov Riau, namun kita berharap hal itu dapat dilakukan secara terus menerus dan kalau bisa ditingkatkan lagi”.
Bentuk resiprokal adalah bentuk bahasa yang mengandung arti ‘berbalasan’. Kata terus menerus merupakan kata berbalasan, namun kata berbalasan tersebut akan menjadi bentuk baku apabila dihilangkan kata “Secara”, seperti dibawah ini :
Bentuk baku :
“Kita sudah didukung Pemprov Riau, namun kita berharap hal itu dapat dilakukan terus - menerus dan kalau bisa ditingkatkan lagi.
2.      Kesalahan dalam bidang kalimat
a.      Kalimat tidak bersubjek
b.      Kalimat tidak berpredikat
c.       Kalimat tidak bersubjek dan tidak berpredikat (kalimat buntung)
d.      Penggandaan subjek
e.       Antara predikat dan objek yang tersisipi
f.       Kalimat yang tidak logis
Halaman : 5
Yang dimaksud kalimat tidak logis adalah kalimat yang tidak masuk akal. Hal itu terjadi karena pembicara atau penulis kurang berhati-hati dalam memilih kata .


Bentuk tidak baku :
“Bawang merah itu ditangkap tim patroli rutin perairan speed boat Polisi IV-2001 dipimpin Bripda Alpadri Asril saat dilakukan penangkapan Nakhoda KM saleh Jaya sempat berusaha loncat dari kapal sebelum diamankan petugas”.
Kalimat di atas merupakan kalimat yang tidak logis, ketidaklogisan ini terletak pada kalimat “Bawang merah itu ditangkap tim patroli”. Kalau pembaca tidak cermat dalam memahami kalimat tersebut, maka pembaca bisa mengartikan bahwa pelakunya itu adalah “Bawang merah”, karena kata “Ditangkap” ini menunjukkan makna “Si pelaku” kejahatan. 
Bentuk baku :
“Bawang merah itu diamankan tim patroli rutin perairan speed boat Polisi IV-2001yang dipimpin oleh Bripda Alpadri Asril”.
g.      Kalimat yang ambiguitas
Halaman : 5
Ambiguitas adalah kegandaan arti kalimat sehingga meragukan atau sama sekali tidak dipahami orang lain. Ambiguitas dapat disebabkan beberapa hal di antaranya intonasi yang tidak tepat, pemakaian kata yang bersifat polisemi, struktur kalimat yang tidak tepat.
Bentuk ambiguitas :
“Sempat kita sisir lokasinya namun petugas tidak menemukan para nahkoda dan ABK”.
Keambiguan pada kalimat diatas terletak pada kata “Sisir”. Jika seorang pembaca hanya sekedar membaca kilat, bisa saja pembaca menafsirkan kalimat di atas dengan dua penafsiran : Pertama sisir yang dimaksud adalah petugas ini berusaha menyusuri lokasi untuk menemukan para nahkoda dan ABK yang kabur, atau sisir disini dimaksudkan alat untuk merapikan atau mengatur rambut. Kata sisir disini mempunyai makna lebih dari satu. Dalam kamus besar bahasa Indonesia “Sisir” (1) mempunyai arti alat untuk merapikan atau mengatur rambut, terbuat dari tanduk, plastik, atau logam, bergerigi tipis dan rapat. “Sisir/menyusuri (2) mempunyai arti susur jalan, menyusur (pantai dsb); berjalan dsb sepanjang tepi (2008:1320).
Bentuk tidak ambiguitas :
“Kita sempat menyusuri lokasinya, namun petugas tidak menemukan para nahkoda dan ABK”.
h.      Penghilangan konjungsi
Halaman : 4
Penghilangan konjungsi menjadikan kalimat tersebut tidak efektif (tidak baku).


Bentuk tidak baku :
“Bila demikian hal, tentu rakyat juga yang akhirnya akan merasakan kebanggaan mendalam, karena wakil yang mereka percaya, ternyata benar-benar melaksanakan tugas mereka dengan baik”.
Kata konjungsi atau penghubung “Bila demikian hal” pada kalimat diatas merupakan kata penghubung yang menimbulkan kerancuan pada kalimat tersebut. Seharusnya kata penghubung yang tepat untuk kalimat diatas adalah “Jika”.
Bentuk baku :
“Jika demikian, tentu rakyat juga yang akhirnya akan merasakan kebanggaan mendalam, karena wakil yang mereka percaya, ternyata benar-benar melaksanakan tugas mereka dengan baik”.
i.        Penggunaan konjungsi yang berlebihan
Halaman : 8


Bentuk tidak baku :
”REDD+ adalah sebuah mekanisme pengelolaan hutan berkelanjutan untuk memelihara dan meningkatkan tutupan hutan, memastikan sumber daya termanfaatkan dan terbarukan, dan konservasi nilai aset hutan”.
            Kalimat diatas merupakan bentuk kesalahan penggunaan konjungsi yang berlebihan pada kata penghubung “Dan”. Mulai dari kalimat “Memastikan sumber daya termanfaatkan dan terbarukan, dan konservasi nilai aset hutan”, pada kalimat ini banyak menggunakan kata konjungsi “Dan” yang berlebihan, seharusnya kata penghubung “Dan” pada kalimat tersebut cukup menggunakan satu kata penghubung saja.
Bentu baku :
”REDD+ adalah sebuah mekanisme pengelolaan hutan berkelanjutan untuk memelihara dan meningkatkan tutupan hutan, memastikan sumber daya termanfaatkan, terbarukan, dan konservasi nilai aset hutan”.
j.        Urutan yang tidak paralel
k.      Penggunaan istilah asing
·         Background (halaman 7)
    
·         Highway (halaman 4)

·         Preambule (halaman 4)
Bentuk tidak baku :
a.       PEMDA melihat alasan dan background, Menpan baru punya kebijakan lain.
b.      Laut juga berperan sebagai highway untuk transportasi berbagai kargo komoditas dunia setiap hari.
c.       Oleh karena itu, ketika Pancasila dalam preambule UUD 1945 susunannya menempatkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa pada urutan pertama, maka hal tersebut adalah putusan yang strategis dan dilakukan dengan penuh kesadaran.
Ketiga kalimat di atas belum tentu dapat dipahami oleh orang yang berpendidikan rendah karena pada kalimat-kalimat tersebut terdapat istilah bahasa asing yang tidak dipahami. Lain halnya jika istilah  dalam bahasa Indonesia. Istilah background diganti dengan latar belakang, istilah highway diganti dengan jalan raya, dan istilah preambule diganti dengan mukadimah.
Bentuk baku :
a.       PEMDA melihat alasan dan latar belakang, Menpan baru punya kebijakan lain.
b.      Laut juga berperan sebagai jalan raya untuk transportasi berbagai kargo komoditas dunia setiap hari.
c.       Oleh karena itu, ketika Pancasila dalam mukadimah/ pembukaan UUD 1945 susunannya menempatkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa pada urutan pertama, maka hal tersebut adalah putusan yang strategis dan dilakukan dengan penuh kesadaran.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar