Rabu, 19 November 2014

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM CERAMAH AGAMA USTAD JEFRI AL BUCHORI

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM CERAMAH AGAMA USTAD JEFRI AL BUCHORI
NAMA  : HARYANTI
NPM      : 126211060
KELAS  : VA

Dalam ceramahnya yang berjudul sosok pemimin yang berdurasi 06:03 detik ini, saya mendapat beberapa kesalahan, diantaranya adalah  karena pengaruh bahasa daerah, kemudian perubahan fonem dalam bidang fonologi, berikut analisis dari isi ceramah ustad Jefri Al Buchori.
1.      Adanya pengaruh bahasa daerah
Bentuk tidak baku :
Tinggal dimane,?

Unsur-unsur yang dicetak miring pada kalimat diatas merupakan pemakaian frasa yang salah. Kesalahan itu disebaban oleh adanya pengaruh dari bahasa daerah, yakni bahasa Betawi. Sebaiknya frasa diatas diganti dengan tinggal dimana,?, kesalahan yang terdapat pada kalimat di atas merupakan kesalahan dalam bidang sintaksis.
Bentuk baku :
Tinggal dimana,?

2.      Perubahan fonem /e/ pada kata bener
Bentuk tidak baku :
“Bener”
Kata bener merupakan kesalahan yang terjadi karena perubahan fonem vokal /a/ yang di ubah menjadi fonem vokal /e/.  Kesalahan ini merupakan kesalahan pada bidang fonologi, bentuk baku pada kata bener adalah benar, sehingga perbaikan pada kata di atas adalah sebagai berikut:
Bentuk baku :
“Benar”
3.      Perubahan fonem /a/ pada kata tangkep
Bentuk tidak baku :
“Tangkep”
Kata bener merupakan kesalahan yang terjadi karena perubahan fonem vokal /a/ yang di ubah menjadi fonem vokal /e/.  Kesalahan ini merupakan kesalahan pada bidang fonologi, bentuk baku pada kata tangkep adalah tangkap, sehingga perbaikan pada kata di atas adalah sebagai berikut:
Bentuk baku :
“Tangkap”

4.      Penyingkatan morf meny- pada kata nyari
Bentuk tidak baku :
“Nyari”
Kata nyari yang dicetak miring di atas seharusnya dituliskan secara lengkap, yaitu dengan tidak menyingkat alomorf dari meny-, maka perbaikan pada kata di atas adalah :
Mencari”
5.      Kalimat yang ambiguitas
Bentuk ambiguitas :
“Mumpung abang kebijakannya di dengar orang, udah sikat!”
Ambiguitas adalah kegandaan arti kalimat, sehingga meragukan atau sama sekali tidak dipahami orang lain.  Keambiguan pada kalimat di atas terletak pada kata sikat, kata sikat di atas memiliki makna ganda, pertama : sikat yang digunakan untuk membersihkan lantai kamar mandi atau sikat yang dimaksud disini adalah menyikat kesempatan-kesempatan dalam jabatannya, karena kata kebijakan di atas, berarti melambangkan bahwa dia adalah seorang pemimpin. Jadi, perbaikan pada kalimat di atas adalah sebagai berikut :
Bentuk tidak ambiguitas :
“Mumpung abang kebijakannya di dengar orang, udah ambil saja kesempatan itu.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar